Penari bertopeng itu meliukkan bagian atas tubuhnya dari depan ke
belakang sembari berputar berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke
posisi semula. Diiringi bunyi gamelan yang bertalu-talu, liukan itu
dilakukan dengan kelenturan layaknya pebalet profesional yang hanya
tinggal menyisakan jarak satu jengkal dengan lantai. Gerakan khas itu
dikenal dengan nama “Galeyong”. Satu gerakan tari yang menjadi ciri khas
Tari Topeng Cirebon gaya Losari.
Rasa penasaran mulai muncul. Tontonan tari tradisi pada saat ini bisa
dibilang adalah barang yang sangat langka untuk bisa dilihat dalam
tayangan televisi komersial yang hadir setiap saat di dalam keseharian
kita. Untunglah, di jaman kemajuan teknologi informasi saat ini tayangan
video di internet dapat dengan mudah hadir dalam genggaman piranti
telepon pintar atau yang sekarang ini disebut dengan istilah “gawai”.
Saya merasa beruntung saat sedang iseng berselancar di berbagai
tayangan video yang beraneka ragam bisa menemukan tarian yang begitu
menarik. Saya pun segera membaca berbagai informasi yang tersedia di
laman media sosial berbagi video itu. Pengunggah video itu adalah
seseorang berkebangsaan Hungaria bernama Kornél Magyar, yang ternyata
merupakan seorang pemain perkusi di negaranya yang kerap menampilkan
koreografi gamelan dan berbagai alat musik dari Asia.
Magyar saat itu mengunggah video itu dengan keterbatasan
pengetahuannya mengatakan bahwasanya sosok yang tampil dalam tarian itu
adalah putri dari mendiang Mimi Rasinah, maestro Topeng Cirebon dari
Indramayu. Komentar-komentar yang muncul kemudian memberikan koreksi
bahwa yang tampil adalah Nur Anani, putri dari Mimi Dewi kemenakan dari
Mimi Sawitri yang merupakan maestro Topeng Cirebon dari Losari.
Begitu hebatnya, media sosial pada saat ini, begitu informatif, baru
selesai menonton tarian Topeng yang begitu atraktif komentar-komentar
langsung memberikan referensi yang sungguh membuka pikiran. Tak cukup
hanya itu salah satu komentar menyebutkan adanya tarian lain yang
bernama Rumyang. Saya pun segera mencari referensi di mesin pencari dan
memang benar bahwa Topeng Cirebon mempunyai lima jenis tarian yang
terdiri dari tari Topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana.
Di sini saya berpikir, dari secuil tayangan video ternyata begitu
banyak informasi bisa didapatkan. Dengan penelusuran lebih jauh
menggunakan metode investigasi media ternyata tayangan video tersebut
plus berbagai komentarnya tak hanya berhasil memotret dunia kreatif
melainkan juga memberikan banyak sekali informasi yang selama ini luput
dari perhatian orang awam seperti saya.
Siapa sangka video berdurasi kurang dari 9 menit itu membawa cerita
yang membanggakan bahkan mengharukan. Di awal tayangan tampak seorang
perempuan penari senior yakni Mimi Rasinah, membisikkan sesuatu di
telinga penari yang waktu itu masih sangat yunior yakni Nur Anani, yang
duduk membelakangi penoton untuk segera memulai pementasan. Berikutnya
Nur Anani tampak mengatakan sesuatu pada salah seorang Panjak (pemain
gamelan) yang bertugas menabuh Kecrek yang digantungkan pada sebuah
kotak besar yang biasa dipergunakan untuk menyimpan wayang. Sambil
memainkan Kecrek dan memukul kotak wayang dengan Cempala (pemukul) sang
panjak sebelumnya berkata “……..Tumenggung Magangdiraja.”
Adegan awal pementasan tari itu memastikan bahwa tari tersebut memang
tari Tumenggung Magangdiraja. Tetapi, apa yang mencengangkan setelah
sekian lama menelusuri kisah di balik video tersebut. Video itu adalah
rekaman dari sebuah kolaborasi yang sangat langka dari tiga wilayah di
Cirebon yang memiliki maestro tari Topeng. Sebagai penari senior dan
maestro mendiang Mimi Rasinah terlihat masih sangat bugar dalam tayangan
itu, dia mewakili Tari Topeng Cirebon gaya Indramayu. Sang penampil
adalah Nur Anani yang masih berumur belasan tahun saat itu, mewakili
Tari Topeng Cirebon gaya Losari. Sementara para pengiringnya bersama
seorang perempuan muda dewasa yang duduk di sebelah Mimi Rasinah adalah
Wangi Indria, mereka adalah keluarga para seniman dari padepokan Tari
Topeng Cirebon gaya Slangit.
Sungguh suatu kolaborasi yang hebat. Sebuah peristiwa yang sangat
langka mengingat dalam tradisi pertunjukan rakyat biasanya sangat lekat
dengan ego masing-masing. Bisa tampilnya tiga padepokan besar dalam satu
tayangan video pasti menyiratkan sebuah peristiwa luar bisa yang
melatarbelakangi pertunjukan itu. Jika dilihat di peta daerah Cirebon
tiga wilayah itu adalah wilayah yang saling berjauhan satu sama lain,
bahkan jika dibuat garis bisa membentuk sebuah segitiga yang meliputi
bentangan yang melewati Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon dan
Kabupaten Indramayu.
Usut punya usut berdasarkan penelusuran berbagai referensi, peristiwa
kolaborasi dalam video itu ternyata merupakan peristiwa yang jarang
terjadi. Bagaimana tidak, pada saat video itu dibuat kesenioran Mimi
Rasinah ditemani oleh para pegiat dan peneliti budaya seperti Toto Amsar
Suanda dan Endo Suanda (pengajar di STSI Bandung), juga kesediaan
Maestro Topeng Slangit Sujana Arja menjadi fasilitator, dan bakat besar
yang dimiliki oleh Nur Anani, mahasiswa STSI sekaligus kemenakan Maestro
Topeng Mimi Sawitri, dan dokumenter film amatir dari seorang pencinta
budaya Nusantara dari Hungaria, mereka semua adalah para kontributor
yang memungkinkan adanya video di atas.
0 komentar:
Posting Komentar