TARI TOPENG RUMYANG
Di kalangan dalang topeng Cirebon,
kata Rumyang dianggap berasal dari
kata ramyang-ramyang, yang artinya mulai terang, yakni suatu
perubahan alam dari malam hari ke siang hari, atau
sebaliknya. Ramyang-ramyang identik dengan suasana carangcang
tihang (Sunda) yakni saat fajar mulai menyingsing. Rumyang (Menggambarkan
kehidupan seorang remaja pada masa akil baligh).
Kedok topeng Rumyang sewanda dengan Pamindo, namun tanpa hiasan
rambut. Seperti juga kedok Pamindo, di tengah-tengah dahinya terdapat hiasan
rerengu atau rengu batuk mimi, yang disambung dengan hiasan pilis yang
melingkar di kedua sisi pipi sampai ke bagian pipi bawah. Warna kedoknya merah
jambu, namun ada juga yang berwarna coklat muda. Karakter kedoknya sama dengan
kedok Pamindo, yakni genit, lincah, atau ganjen. Jika disejajarkan dengan
karakter tokoh wayang (golek atau kulit), kedok ini sama dengan Dipatikarna.
Raut wajahnya membersitkan keceriaan, dan hal ini dapat dilihat
dari bentuk mulutnya yang senantiasa menyiratkan seseorang dengan senyuman
manisnya. Dalam struktur pertunjukan topeng Cirebon, kedok ini ditarikan pada
bagian ketiga sebagai kelanjutan dari topeng Pamindo, namun ada pula yang
ditarikan paling akhir. Tari topeng Rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang
yang artinya mulai terang. Tari ini menggambarkan seseorang yang mulai dewasa
dan tahu arti kehidupan. Gerakan tarinya lincah dan riang. Kedoknya berwarna
merah muda atau jingga sebagai lambing peralihan dari masa remaja menuju masa
dewasa. Iringan lagu rumyang atau kembang kapas atau buncis. Penarinya memakai
pakaian berwarna merah muda atau jingga dan memakai kain lancar gelar. Tarian
ini mempunyai makna menyucikan diri demi keselamatan kita.
Makna Topeng Rumyang
Seperti disebut dalam kesejarahan tari ini, awalnya Tari Topeng
Cirebon lebih dikonsentrasikan di lingkungan keraton. Seiring perkembangannya,
lama-kelamaan kesenian ini kembali, melepaskan diri dan dianggap sebagai rumpun
tari yang berasal dari tarian rakyat. Sementara itu, karena pada masa Islam tari ini lebih diupayakan
untuk penyebaran agama, maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan
filosofis dan berwatak atau wanda. Pengemasan yang dimaksud adalah lebih menggambarkan ketakwaan
dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, diantaranya sebagai berikut :
- Makrifat (Insan Kamil) :
Tingkatan tertinggi manusia dalam beragama dan sudah sesuai dengan syariat
agama.
- Hakikat :
Pengambaran manusia yang berilmu, sehingga telah faham mana yang menjadi
hak seorang hamba dan mana yang hak sang Khalik.
- Tarekat : Gambaran
manusia yang telah hidup dengan menjalankan agama dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari.
- Syariat : Sebagai
gambaran manusia yang memulai untuk memasuki atau baru mengenal ajaran
Islam.
Sebagai hasil budaya, Tari Topeng Cirebon mengusung nilai
hiburan yang mengandung pesan-pesan terselubung. Unsur-unsur yang terkandung
mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangatlah menyentuh berbagai
aspek kehidupan, sehingga juga memiliki nilai pendidikan. Aspek kehidupan dalam hal ini sangatlah bervariasi, termasuk
kepribadian, kepemimpinan, cinta, angkara murka, serta penggambaran hidup
manusia sejak lahir hingga dewasa.
Jenis & Gaya Tari Topeng Cirebon
Mengenai jenis tarian
ini, seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Tari Topeng Ciebon dibagi lima
Jenis-jenis ini dikenal dengan Panca Wanda atau lima rupa, diantaranya :
Jenis-jenis ini dikenal dengan Panca Wanda atau lima rupa, diantaranya :
- Tari Topeng Kelana,
- Tari Topeng Tumenggung,
- Tari Topeng Rumyang,
- Tari Topeng Samba
- Tari Topeng Panji
Adapun mengenai gaya tarian, Tari Topeng Cirebon memiliki
beberapa gaya tari yang telah diakui secara adat. Gaya-gaya ini berasal dari
desa-desa asli yang melahirkan tarian topeng atau juga dari desa lain yang
menciptakan gaya baru yang secara adat diakui berbeda dengan gaya lainnya.
Perbedaan gaya tari di masing-masing desa umumnya disebabkan
oleh adanya penyesuaian selera penikmat dengan nilai estetik gerak tarian diatas
panggung. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai gaya tari dari Topeng
Cirebon :
- Gaya Beber
Tari ini lahir sejak abad ke-17 Masehi di desa Beber, Ligung,
Majalengka, Jawa Barat. Menurut ahli dalang, gaya tarian ini pertama kali
dibawa ke desa Beber oleh seniman dari Gegesik, Cirebon.
Babak yang termuat dalam gaya tari ini meliputi Panji, Samba, Temenggung,
Jinggananom dan Temenggung, Klana dan Rumyang. Biasanya dipentaskan malam hari
dengan Tari Topeng Rumyang di pertunjukkan mendekati terbitnya matahari.
- Gaya Brebes
Dalam Babad Tanah Losari, gaya tari ini dimulai dari pindahnya
Pangeran Angkawijaya ke Losari, Brebes. Pindah dari Kesultanan Cirebon untuk
menghindari konflik internal serta kehidupan keraton yang serba gemerlapan.
Di daerah yang baru tersebut, sang pangeran mengembangkan bakat
seninya, hingga terciptalah gaya tarian ini. Selain alur cerita, kekhasan tari
ini adalah banyaknya pengaruh kebudayaan Jawa.
- Gaya Palimanan
Gaya ini tersebar di sekitaran wilayah Palimanan, Cirebon.
Tetaluan (tabuh gamelan) di setiap babak berbeda dalam gaya ini.
Kembang Sungsang untuk babak Panji, Gaya-Gaya untuk babak Samba,
Malang Totog untuk babak Tumenggung, Bendrong untuk babak Jingga Anom dan babak
Klana Udeng. Ada juga Gonjing untuk babak Klana serta Kembang Kapas untuk babak
Rumyang.
Untuk tetaluan gaya ini lebih mirip dengan gaya Gegesik,
sementara gerakan mirip dengan gaya Losari.
- Gaya Gegesik
Daerah penyebaran gaya ini ada di sekitaran Gegesik, Cirebon.
Kekhasan Tari Topeng Gaya gegesik terlihat di raut karakteristik topengnya.
Terutama Topeng Panji yang berwarna putih dengan raut tenang, mata sipit merunduk
tajam, hidung mancung, serta senyum terkulum.
Perubahan gaya ini mulai kentara sejak 1980-2000. Pada masa itu,
pertunjukan topeng sering dicampur dengan dangdut sehingga disebut juga
Topeng-Dangdut.
- Gaya Celeng
Gaya ini mewakili tari topeng yang berpusat di dusun Celeng, Loh
Bener, Indramayu. Pertama kali dibawa oleh Ki Kartam yang seorang ahli dalang
dari Majakerta.
Meskipun tetap memiliki kekhasan tersendiri, gaya ini memiliki
kesamaan dengan gaya lainnya. Termasuk lagu dan musik pengiring yang mirip
dengan yang ada di gaya Gegesik dan Slangit. Kemiripan lain juga pada gerak
tari yang mendekati gerakan pada gaya Pekandangan.
- Gaya Cipunegara
Gaya ini tersebar di perbatasan Indramayu, mulai dari Pegaden
hingga kebantaran sungai Cipunegara. Dikenal juga sebagai Tari Topeng Menor
karena kemerduan dan kecantikan penarinya.
Selain itu, juga dikenal sebagai Tari Topeng Jati karena salah
satu pusat gaya ini ada di desa Jati, Cipunegara, Subang. Salah satu yang
menarik dari gaya ini adalah pengantar menggunakan bahasa Sunda, bukan bahasa
Cirebon.
Selain yang telah disebutkan masih banyak lagi gaya Tari Topeng
Cirebon, termasuk gaya Cibereng, Gujeg, Kalianyar, Kreyo, Losarang,
Pekandangan, Randegan, Slangit dan lain sebagainya.
Pada awalnya, Kesenian Topeng Cirebon dipentaskan di lingkungan
terbuka yang biasanya berbentuk setengah lingkaran, seperti di halaman rumah,
di blandongan (tenda), atau di bale (panggung) dengan menggunakan obor sebagai
penerangan.
Selanjutnya di zaman modern dan teknologi seperti sekarang ini,
tari ini juga dipentaskan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata
cahayanya. Mengenai struktur pagelaran akan selalu bergantung pada kemampuan
rombongan, fasilitas, jenis penyajian serta lakon yang akan dibawakan.
Struktur pertunjukan tari topeng rumyang
Secara umum, struktur pertunjukan tari ini dibedakan menjadi
dua kategori, sebagai berikut:
- Topeng Alit
Struktur
minimalis baik dari segi dalang, peralatan, kru dan penyajiannya. Kategori ini
biasanya melibatkan lima hingga tujuh orang bersifat multiperan yang berarti
babak topeng tidak hanya dibawakan oleh dalang, namun wiyaganya juga turut
membantu.
- Topeng Gede
Seperti
namanya, kategori ini memiliki struktur yang lebih besar dan baku. Bisa
dikatakan, struktur Topeng Gede adalah penyempurnaan dari Topeng Alit.
Dilengkapi
dengan tetaluan (musik pengiring) yang lengkap, memuat lima babak sekaligus,
serta dilengkapi dengan lakonan dan jantuk (nasihat) di akhir pagelaran
Sementara
itu, pagelaran kesenian tari ini juga memiliki tujuan yang berbeda-beda. Secara
garis besar, tujuan penyelenggaraan suatu Tari Topeng Cirebon telah dibagi
menjadi tiga, diantaranya:
- Pagelaran Komunis
Dilaksanakan
untuk kepentingan bersama. Keadaan ini memungkinkan seluruh masyarakat turut
berpartisipasi sehingga acara lebih meriah. Disertai dengan arak-arakan dalang,
atraksi seni dan sebagainya dengan durasi acara lebih dari satu malam.
- Pagelaran Individu
Pertunjukannya
lebih difokuskan untuk memeriahkan hajatan perorangan, seperti pernikahan,
khitanan dan lain sebagainya
- Pagelaran bebarengan
Pertunjukan Tari ini
dengan cara keliling kamoung yang inisiatifnya datang dari sang dalang topeng,biasanya dalang topeng datang ke
wilayah-wilayah desa yang sudah panen atau wilyah yang lebih ramai / kota.hal
ini dilakukan karna sang dalang belum panen,sebab mengalami kekeringan atau
sepi penduduknya
Selebihnya, pelaksanaan Tari Topeng Cirebon sangatlah beragam dan
disesuaikan dengan gaya tarian dari masyarakat suatu desa atau daerah yang
memiliki tarian topeng yang khas
THANK YOU
👍
BalasHapus