Selasa, 14 Januari 2020

Warisan Mimi Untuk Indonesia

Kali ini saya akan menceritakan dan membahas ya.. tentang Warisan Mimi Untuk Indonesia.
Perjalanan ke Indramayu mengunjungi sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah memang penuh cerita. Meski nama sang Maestro sudah menggema sampai ke benua lain, jangan harap penduduk setempat langsung tahu di mana lokasi sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah. Akhirnya kami memilih untuk bertanya dengan menggunakan nama desa tempat sanggar tersebut terpetakan, desa Pekandangan. Yang lebih unik, kira-kira 3 km dari tempat tujuan kami itu, penduduknya justru lebih familiar dengan tari topeng Aerli Brandon, itupun baru populer belakangan akibat kolaborasi tari antara Aerli dan Brandon dalam acara pencarian bakat yang ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta. Miris sungguh...

Papan nama sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah hampir terlewatkan oleh kami karena plang-nya yang sangat kecil dan sudah mengelupas. Letak sanggarnya sendiri hanya berjarak sekitar 10 meter dari plang tersebut. Suasana sanggar tampak sepi ketika kami datang dan menyerukan salam. Hanya Aerli, cucu mimi Rasinah, dan ibundanya, ibu Wacih, yang menyambut kedatangan kami. Tak berapa lama datang beberapa pengurus sanggar lainnya. Salah satunya Ade, suami Aerli.

Dalam beberapa saat kami sudah terlibat obrolan hangat. Sambil kami mengamati isi sanggar yang sederhana tetapi sejuk, Ibu Wacih, putri semata wayang Mimi, bergantian dengan Aerli mengisahkan perjuangan sanggar Mimi Rasinah dalam mempertahankan tradisi dan budaya. Ade menambahkan, bagi mereka tari topeng adalah warisan adiluhung yang harus dijaga kelestariannya. Namun mereka menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha mereka ini. Setidaknya menghargai apa yang telah mereka lakukan adalah untuk mempertahankan identitas bangsa.

Rasa haru merasuki kami seketika. Kami sampai merasa malu karena kami sendiri merasa belum berbuat apa-apa untuk itu. Rasa haru itu semakin menjadi ketika Rani, cucu bungsu Mimi yang masih berusia 8 tahun, dengan gesitnya menghentakkan kaki, mengikuti ritme gendang, gong dan gamelan, menunjukkan kemampuan menarinya di hadapan kami. Ibu Wacih mengenang, dulu Aerli juga memulai diusia yang sama ketika berlatih menari topeng untuk pertama kalinya. Setelah sebelumnya harus ngamen di tujuh tempat berbeda dalam satu hari sebagai syarat, sekarang Aerli telah mewarisi seluruh topeng dan asesorinya dari Mimi melalui upacara yang mengharukan, Mimi membawakan tari topeng Panji Raga Sukma bersama sang cucu penerus dua minggu sebelum Mimi berpulang. Persis seperti yang terlukis di salah satu sisi dinding sanggar.

Raga Mimi Rasinah boleh jadi sudah bersatu dengan tanah. Namun warisannya yang tak ternilai mengingatkan kita bahwa Indonesia pernah memiliki seorang Maestro Tari Topeng, Mimi Rasinah.

0 komentar:

Posting Komentar