Seni tradisional lainnya adalah seni Tari Topeng, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu. Tari topeng adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari Topeng Kelana Kencana Wungu yang merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga yang tergila-tergila kepadanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menak Jingga (disebut juga Kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, temperamental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja. Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.
Perjalanan Mimi Rasinah dengan tari topeng yang dicintainya ini tidak selalu berjalan mulus. Saat zaman penjajahan Jepang, rombongan topeng ayahnya sempat dituduh sebagai mata-mata sehingga sebagian topeng dan aksesoris tari topeng dimusnahkan.
Selama 20 tahun, tari topeng seakan tertidur. Selendang dan topeng pun digantung begitu saja. Saat itu, Mimi Rasinah hanya bermain gamelan untuk mengiringi pertunjukan sandiwara suaminya Namun, pada 1994, tari topeng Mimi Rasinah “ditemukan” kembali oleh dosen STSI Bandung. Tariannya yang indah menghipnotis mereka. Melihat hal itu, Rasinah bangkit dan mulai melestarikan kembali tari topeng dengan mengajar ke sekolah-sekolah di Indramayu hingga bertahun-tahun.
Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Indramayu adalah sanggar tari topeng Mimi Rasinah, yang terletak di Desa pekandangan, Indramayu. Mimi Rasinah adalah salah satu maestro tari topeng yang masih aktif menari dan mengajarkan kesenian tari topeng walaupun dia telah menderita lumpuh semenjak tahun 2006.
Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 dan Aerli berjanji akan mengabdikan hidupnya untuk keberlangsungan tari topeng. Mandat Mimi Rasinah tidak dianggapnya sebagai beban lagi. Dukungan keluarga sangat berarti bagi Aerli. Suaminya, Ade Jayani, yang merupakan seorang seniman tari topeng Cirebon, memutuskan untuk membantu Aerli mengembangkan tari topeng di Indramayu.
Kedua anak mereka, Walan dan Wulan, pun akhirnya mengikuti jejak orang tuanya. Mereka telah diajarkan tari topeng dan gamelan sejak dini.
Untuk pelatihan tari topeng, Aerli atau ibunya akan mengunjungi sekolah-sekolah sesuai jadwal yang ditentukan. Sedangkan pelatihan pembuatan topeng di sekolah-sekolah dibantu oleh Nana, seorang pematung yang sudah bergabung dengan sanggar ini sejak tahun 2000.
Selain belajar menari, Sanggar Tari Mimi Rasinah juga memberi pelatihan pembuatan topeng kepada anggota Lembaga Permasyarakatan (Lapas). Topeng-topeng yang mereka buat, nantinya akan dipasarkan. Biasanya topeng dibawa Aerli saat pentas di luar Indramayu atau dijual di galeri sanggar. Galeri ini dibangun dengan bantuan dari PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field sebagai salah satu program pengabdian masyarakat.
Melestarikan tari topeng
Menurut Aerli, tongkat estafet kesenian ini harus diteruskan ke generasi selanjutnya. Untuk melestarikan tari topeng, khususnya di wilayah Indramayu, Sanggar Tari Mimi Rasinah bekerja sama dengan PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, melaksanakan tiga kegiatan utama. Yakni, pelatihan tari topeng, gamelan, serta pembinaan kelompok pengrajin topeng bagi siswa-siswi di kabupaten Indramayu.
Sejauh ini, Sanggar Tari Mimi Rasinah berhasil membina sekitar 100 anak dari enam desa di kabupaten Indramayu. Anak-anak ini pun sering diajak pentas, misalnya ketika acara hari ulang tahun Indramayu atau saat mendapat undangan tampil di Bali.
“Kami ingin memanusiakan manusia,” tutur Aerli mengenai kerja sama dengan Lapas Indramayu ini. Ia berharap, setelah keluar dari Lapas, mereka setidaknya memiliki keahlian seni yang dapat digunakan sebagai mata pencaharian.
Sebagai penerus Mimi Rasinah, Aerli memiliki harapan besar bagi tari topeng. Tidak muluk-muluk, impiannya adalah agar tari topeng tidak mati dan banyak orang dari dalam dan luar negeri tertarik untuk belajar kesenian tradisional Indonesia ini.
0 komentar:
Posting Komentar